Tuesday, August 4, 2020

Generasi Muda Mandailing Diharapkan Tidak Terjebak Dalam Lingkaran Politik Partisan

 Wadih Al - Rasyid/Mahasiswa/Kader HMI Langsa


Binasumut News - Medan



GENERASI MUDA MANDAILING, SEMOGA TIDAK TERJEBAK DALAM LINGKARAN POLITIK PARTISAN
  • Oleh : Wadih Al - Rasyid 

Sedikit menilik eskalasi politik di Kabupaten Mandailing Natal menjelang Pilkada 2020, yang banyak terlibat adalah generasi muda akademisi. Generasi muda yang sedang menempuh perkuliahan atau baru menyelesaikan masa perkuliahan, atau biasanya disebut Fresh Graduate.

Dari ketiga BACALON yang masih eksis sampai hari ini, sebagian besar diantara relawannya adalah rekan-rekan mahasiswa. Bahkan dari salahsatu BACALON independen kala itu, banyak juga rekan mahasiswa di dalam barisan. Kalau kita lihat dari sisi kanan, ini jadi sebuah surplus. Artinya kita di Madina ikut menikmati " Bonus Demografi " yang di prediksi meledak pada 2035.

Melihat kondisi ini, mengingatkan kita pada kalimat "...beri aku 10 Pemuda niscaya akan kugoncangkan dunia" , tentu ungkapan ini sudah sangat familiar di telinga. Bahkan pada sebuah kesempatan Presiden RI Joko Widodo juga mengungkapkan keterlibatan generasi muda atau akrab disapa "MILENIAL" ini adalah bagian krusial dalam keterlaksanaan pembangunan dan tatanan negara. Jadi ini tentu hal positif bagi kita masyarakat Mandailing Natal.

Namun ini juga menjadi momok menakutkan, jika generasi muda berpendidikan ini hanya terlibat sebagai kaum partisan dalam praktik politik di Madina. Kita tentu berharap akademisi muda harapan bangsa ini menjadi tim pemikir, tim pemberi ide bagi setiap BACALON yang mereka dukung. Bisa kita bayangkan, betapa hebatnya Mandailing Natal kedepan jika generasi muda dengan berbagai latar pendidikan ini mengimplementasikan pengetahuan di tanah lahirnya.

Berkaca pada kejadian ini, saya jadi teringat sebuah kalimat motivasi dari tokoh muda generasi 60-an, "Kita, generasi kita, ditugaskan untuk memberantas generasi tua yang mengacau..". Bukan berarti kita harus menjatuhkan atau bahkan membunuh orang-orang tua di kursi pemerintahan, tentu bukan. Kita harus memberantas mereka lewat jalan demokrasi. Hal inipun akan segera terwujud dalam waktu dekat jika dilihat dari pemilu 2019 dimana sebanyak 21% dari calon legislatif adalah golongan umur 21-35 tahun. Periode 2024 tentu akan lebih besar jika kita mampu menjaga ritme generasi ini.

Sejak perhelatan pemilu 2019 pula, kondisi negara gaduh dan perdebatan dimana-mana. Ini tentu tantangan berat bagi generasi muda atau kaum Milenial dengan situasi politik yang terpolarisasi isu yang luar biasa seperti isu agama, sosial budaya, suku, ras, etnik hingga ekonomi yang mulai menjalar ke daerah-daerah. Jadi sangat disayangkan jika generasi ini tak mampu menghadang isu seperti ini di Madina. Bagaimana generasi ini agar tidak terbawa arus polarisasi tersebut dan lebih tertarik untuk peduli terhadap isu-isu yang lebih fundamental seperti Pemerataan Pembangunan, Pemerataan Ekonomi,   hingga Pendidikan yang masih tertinggal.

Lalu siapkah generasi ini bertanggung jawab menjadi bagian dari solusi atas segala permasalahan bangsa ini ?

0 comments:

Post a Comment